Selasa, 11 April 2017

Harapan Dan Rasa Takut Ketika Tinggalkan Riba

_masih tentang sikap mental yang dibutuhkan untuk lepas riba_

*Harapan dan Rasa Takut Ketika Tinggalkan Riba*

Harapan dan rasa takut inilah yang mempengaruhi tindakan seseorang untuk meninggalkan riba. Tindakan didasari oleh tekad atau kekuatan kehendak. Besar atau kecilnya kekuatan kehendak ada pada harapan dan rasa takut. Di manakah harapan dan rasa takut ini berlabuh?

Tekad seseorang untuk meninggalkan riba akan menguat manakala ia mengetahui dengan pasti bahwa tindakannya itu berharga. Tekad ini terbangun oleh pengetahuan yang meyadarkannya dan terus mendorongnya untuk mewujudkan kekuatan kehendak tersebut. Pengetahuan ini juga yang membangun harapan dan rasa takutnya.

فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَىٰ

Orang-orang yang telah sampai kepadanya pelajaran dari Tuhannya, maka dia berhenti dari mengambil riba. (Qs.2:275)

Mauidzoh ini yang menguatkan kehendak karena harapan dan rasa takut terbangun dengan benar.

هَٰذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ

(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (Qs.3:138)

Mari kita bertanya: _harapan apa yang ada dibenak orang yang meninggalkan riba?_ jawaban tertingginya karena mengharap ridho Allah subhanahu wa ta'ala. Jawaban kebanyakan kita adalah harapan terkait dengan kesejahteraan hidup, baik hidup di dunia maupun hidup di akhirat kelak.

Harapan tersebut tampak pada kebutuhan jawaban: darimana mendapatkan modal tanpa riba? Di mana bisa mencicil pinjaman tanpa riba?

Harapan adalah saat perasaan muncul dari penilaian yang masuk akal mengenai kemungkinan diterima atau diraih. Harapan bukan antisipasi untuk mendapatkan sesuatu yang tak mungkin diraih. Itu hanya menipu diri. Harapan juga bukan angan-angan mengenai sesuatu yang tak mungkin diraih karena cara meraihnya tidak diketahui.

Bagi orang yang telah mendapatkan mauidzoh harapan bisa hidup tanpa riba adalah sesuatu yang menguatkan tekadnya meninggalkan riba. Dari mauidzoh tersebut ia mengetahui bagaimana cara mewujudkan harapan. Apa yang ia harapkan bukanlah angan-angan, bukan hiburan yang menipu diri, melainkan sebuah ikhtiar yang benar. Sesuatu yang benar pastilah mudah dijalani, oleh siapa saja yang menjalani. Dan sebaliknya, sesuatu yang salah pasti menghasilkan hubungan yang rumit, kacau, dan hasil akhirnya binasa.

قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ سُنَنٌ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ

Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (Qs.3:137)

Rasa takut akan kebinasaan ini yang mendampingi harapan. Meninggalkan riba karena takut binasa. Sudah banyak pengalaman orang lain yang menunjukkan demikian. Takutlah, jangan sampai terjadi pada diri sendiri. Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 276 menegaskan bahwa Allah memusnahkan riba.

Kita menaruh harapan, karena kita mengetahui cara mencapainya. Ditambah rasa takut, karena ada pengalaman yang membuktikan. Dan apa yang tidak benar jangan sampai terulang lagi. Hal ini membentuk sebuah tekad: *tobat riba*. Wujud tobatnya adalah perbaikan mental dan skill dalam bertransaksi ekonomi.

Harapan dan rasa takut inilah yang terkandung dalam makna *Takwa*. Makna lainnya adalah: menjaga. Oleh karenanya, Qs.2:278 meminta orang beriman untuk bertaqwa supaya dapat meninggalkan riba.

Takwa menguatkan kehendak meninggalkan riba sekaligus juga menjaga supaya tidak kembali lagi. Tentu operasional takwa itu harus kita pahami.

Berlanjut ya....
Semoga kita masih dapat terus berbagi....

Insya Allah aamiin.

* Yuk daftar gratis *NoRIBA ACADEMY* Program Rehabilitasi Mental & Skill Bisnis Ekonomi Berjamaah
WA 081807840405

** Ikut jualan *NORIBA TETES HERBAL (NTH)* untuk bantu korban bencana riba
WA 089695103518

*** Yuk bantu korban bencana riba dengan penyaluran dana ZISWAF (Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf) ke BRI Syariah 1004.0882.67 an. Baitul Maal Hidayatullah

👍 InsyaAllah Baitul Maal Hidayatullah (BMH) salah satu Lembaga terbaik di Indonesia..

#bolehSHARE

Senin, 10 April 2017

Pemulihan Mental Korban Riba


Disebut korban riba karena dia baru mengetahui tentang transaksi ribanya, lalu dia segera bertobat. Pada titik inilah perlunya pemulihan mental karena riba pasti terus menggoda dan memaksa, melalui bisikan manis ataupun sumpah serapah. Apakah secara mental kita kuat hidup terasing dari sistem riba yang telah menggurita?

Al-Quran surat Al-Kahfi mengingatkan.....


وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا

Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (Qs.18:28)

Sabar merupakan sikap mental yang ditunjukkan oleh orang yang telah tobat riba. Sabar dalam proses detoxnya. Sabar dalam meniti pertumbuhan ekonominya secara organik, memang tumbuh perlahan tapi kuat mengakar lalu pada saatnya akan berbuah sepanjang masa.

Proses detox ribanya bisa dirasakan seperti detox NTH (produk noriba tetes herbal). Setelah minum NTH, kebanyakan orang merasakan kondisi yang tidak nyaman sebagai efek positif sedang terjadi detox racun-racun dalam tubuh, kemudian NTH membantu tubuh menyerap nutrisi lebih banyak meski hanya makan sedikit. Asupan sedikit tapi berkah, jadi energi.

Hidup tanpa riba akan membuat hidup serba sedikit tapi berkah. Tobat riba membuat kita mulai mengekang diri, melatih nafsu untuk hidup disiplin, tidak kekurangan dan tidak pula berlebih. Makan hanya sekedar menghilangkan rasa lapar, tidak berlebihan. Disiplin ini membantu untuk tidak berhutang barang mewah. Kita bahkan lebih cenderung ke arah kekurangan.

Secara lahiriah, orang yang tobat riba hidup mendisiplinkan nafsu dengan cara menanggung lapar (puasa). Secara bathiniah, dia mengalihkan fokusnya dari nominal kepada nilai. Cash money is The King? Itu dulu. Sekarang fokusnya adalah bagaimana uang terus berputar dalam rangka terus meninggikan nilai suatu produk (barang/jasa).

Sikap mental yang mengambil posisi tengah antara kekurangan dan berlebihan menjadikan hidup lebih sederhana, lebih pada esensinya. Dengan begitu kita tidak tertipu lagi dengan kemasan bahasa dan promo. Dengan pandangan mata yang terang, kita lebih melihat pada benefit daripada profit, lebih pada nilai daripada nominal, lebih pada value before money. Di titik ini kita memahami, bahwa kemampuan membedakan antara riba dan jual beli ada pada sikap mental. Karena itu, orang yang bermental syaithoniyah menyamakan antara riba dan jual beli.

Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 275 mengajarkan bahwa sikap mental NoRIBA ada pada perolehan mauidzhoh, bukan sekedar ilmu pengetahuan, tetapi pembelajaran atas dasar teori dan praktek. Apa yang kita ketahui harus bisa kita rasakan dalam pembuktian. Dari pengetahuan itu timbullah rasa lalu cinta. Cinta itu menggerakan. Pada saat yang sama ia juga membenci hal-hal yang dapat merusak cinta. Hubungan kita yang menghindar dari sistem riba menjadi ukuran adanya cinta dan benci. Cinta pada keimanan dan benci pada kekufuran.

Insya Allah aamiin.
Ditulis pada Senin sore 10 April 2017 untuk para *Marketer NTH* terima kasih telah ikut menjualkan NTH untuk membantu korban bencana riba.
Jazakumullah khairan.
Sutrisno Nurhumaedi
Progressor di noribacenter.com

Minggu, 09 April 2017

Menghapus Akar Riba

_sinergi LAZNAS BMH - NoRIBA_

Apapun persoalannya tidak akan pernah selesai selama akar masalahnya belum hilang. Solusi apapun yang dibangun juga tidak akan menyelesaikan jika tidak menyentuh akar masalahnya.

Maka, solusi NoRIBA harus mengakar kuat.

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, (Qs.14:24)

تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا ۗ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ

pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. (Qs.14:25)

Solusi NoRIBA yang mengakar kuat akan cocok menyelesaikan masalah riba untuk setiap kondisi. Jadi kita perhatikan dimana akarnya, baik itu akar solusi maupun akar masalah.

Berikan solusi secara mengakar yang kuat, insya Allah hasilnya permanen. Selesaikan masalah dengan mencabut akar-akarnya, insya Allah tidak kambuhan lagi.

وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الْأَرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ

Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. (Qs.14:26)

Lalu di manakah persoalan riba ini mengakar?

Zakat infak sedekah yang dikumpulkan oleh banyak lembaga zakat pun tidak akan mampu menghabisi riba jika tidak mengetahui letak akar masalah riba dan akar solusinya.

Fakir miskin disantuni....
Tapi apakah yang menyebabkan orang menjadi fakir miskin?

Menyisihkan bagian zakat untuk Amil yang telah mengelola penghimpunan dan penyaluran zakat.....
Tapi apakah panitia amil zakat telah menjalankan Qs.2:276 ? Yaitu memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Mustahik naik level menjadi muzakki sehingga nanti orang tidak lagi mau menerima zakat karena sudah makmur sejahtera.

Muallaf yang dibujuk hatinya....
Dibujuk dengan apa? Sementara kita pun belum bisa membuktikan sistem ekonomi Islam mampu menyelesaikan problematika kehidupan rumah tangga kaum muslimin.

Memerdekakan budak....
Bagaimana bisa? Sedangkan kita saja tidak merasa diperbudak? Punya penghasilan hanya cukup untuk sekedar makan dan numpang berteduh? Selebihnya tunduk terikat utang pada majikan.

Gharimiin....
Ada lembaga zakat yang melayani kaum muslimin yang sedang tak berdaya menanggung utang? Adakah kita mendatangi lembaga zakat untuk berutang dan tidak meminjam ke bank?

Dan persoalan lainnya......


Barangkali tata kelola zakat belum menyentuh pada akar masalahnya sehingga zakat infak sedekah umat menjadi powerless, mandul.

Barangkali ada yang bisa menemukan akar masalah sekaligus juga akar solusi pada ayat berikut ini...

إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ ۖ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu´allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Qs.9:60)

Tidak sekedar memaki kegelapan, tetapi kita juga mesti menyalakan cahaya.

Alhamdulillah, gerakan ekonomi NoRIBA tengah menjalin komunikasi dengan salah satu Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) terbaik di Indonesia untuk ikut menyelesaikan problematika kehidupan ekonomi umat mulai dari akar masalahnya dengan merumuskan akar solusinya.

Bagaimana penjelasan detailnya? Nah ini menjadi salah satu materi pembelajaran di NoRIBA ACADEMY. Kita mengundang 1 orang dari setiap Kelurahan untuk belajar teori dan praktek menjadi pejuang ekonomi NoRIBA sekaligus menjadi penyubur-penyubur sedekah. Catat ya, bukan pengumpul sedekah tetapi penyubur sedekah.

يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ

Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa. (Qs.2:276)

Mari bergabung mendaftar menjadi pejuang ekonomi NoRIBA di http://noribacenter.com/reg.asp

Yuk bantu korban bencana riba dengan penyaluran dana ZISWAF (Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf) ke BRI Syariah 1004.0882.67 an. Baitul Maal Hidayatullah

👍 InsyaAllah Baitul Maal Hidayatullah (BMH) salah satu Lembaga terbaik di Indonesia..

#bolehSHARE

Insya Allah aamiin

Selasa, 04 April 2017

Didatangi Rejeki Berlimpah?

Apakah rezeki mesti dicari? Lalu kemana mencarinya? Dan bagaimana caranya? Dan bla-bla pertanyaan lainnya yang bagi kebanyakan orang membuat pikiran menjadi tertekan, bingung, lalu tidak sedikit orang menabrak rambu-rambu syariat. Halal haram tidak lagi dipedulikan. Praktek riba contohnya.

Dalam persoalan rezeki ini banyak orang salah berpikir sehingga salah berbuat dan akhirnya masuk dalam kehidupan penuh kegelapan. Ingin keluar menuju kehidupan yang terang benderang? Mari kita kembali pada ajaran Al-Quran.

Al-Quran mengeluarkan pembacanya dari kegelapan menuju cahaya.

هُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ عَلَىٰ عَبْدِهِ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ ۚ وَإِنَّ اللَّهَ بِكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ

Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang (Al-Quran) supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Penyantun lagi Maha Penyayang terhadapmu. (Qs.57:9)

Bagaimana ajaran Al-Quran mengenai rezeki? Memperbaiki proses dengan cara memperbaiki mindset. Dimulai dari menata ilmu dan iman. Mengetahui, menyadari lalu berbuat.

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

...niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qs.58:11)

Ilmu tentang rezeki ada dalam Al-Quran yang perlu kita baca dengan sikap iman, yaitu sami'na wa atho'na: dengarkan dan ikuti. Bagaimana iman seseorang bisa diukur dan dinilai? Lihat tindakannya. Oleh karenanya Mindset yang benar hanya dapat dilihat dari proses yang benar, maka hasilnya pun benar.

Al-Quran memberikan tanda-tanda iman yang benar, yaitu dari adanya tindakan, action. Contoh: meninggalkan riba merupakan tanda iman. Belum dikatakan beriman jika belum meninggalkan riba.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. (Qs.2:278)

Maknanya jelas, tidak perlu penafsiran apapun: jika kamu beriman maka tinggalkan riba.

Setelah itu, Al-Quran akan mengajak pada proses selanjutnya, yaitu: hijrah, jihad, dan saling tolong-menolong. Itulah proses yang dilakukan oleh orang yang imannya benar.

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ آوَوْا وَنَصَرُوا أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا ۚ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ

Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki (nikmat) yang mulia. (Qs.8:74)

Perhatikan ujung ayatnya, itulah dampak dari proses yang dilakukan dengan iman yang benar, yaitu: memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia. Bukan sekedar dapat rezeki, karena ayam pun diberikan rezeki, tetapi yang diberikan adalah rezeki yang mulia.

Sampai di sini, kita telah menemukan alur prosesnya bagaimana di datangi rezeki, bukan mencari rezeki atau pun menjemput rezeki, tetapi rezeki datang sendiri.

Rezeki datang sendiri? Ya, rezeki datang dengan berlimpah.

وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ

Dan Allah telah membuat suatu suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. (Qs.16:112)

Dalam sistem kafir, riba termasuk didalam sistem kafir, Allah akan memberikan paceklik ekonomi. Tetapi dalam sistem iman, Allah akan mendatangkan rezeki berlimpah. Kepada siapa? Perhatikan ayatnya: kepada satu kampung yang beriman, bukan orang per orang.

Rezeki mendatangi kumpulan orang yang beriman, bukan kepada orang yang beriman sendiri-sendiri. Kita kaitkan Qs.16:112 dengan Qs.8:74 bahwa mereka yang mendapatkan rezeki yang mulia adalah yang beriman, hijrah, berjihad dan saling tolong-menolong.

Ini perlu digarisbawahi dengan tebal bahwa saling tolong menolong tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri, melainkan bersama-sama. Saling tolong menolong hanya bisa dilakukan dalam kumpulan orang, dalam komunitas.

http://alquransolusiriba.blogspot.co.id/2017/02/kumpulan-orang-yang-saling-menguatkan.html?m=1

Dalam proses hijrah, dalam perjuangan (jihad) memerangi sistem kafir (riba) dibutuhkan saling tolong-menolong.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

Hai orang-orang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (Qs.47:7)

Mengapa kita harus menolong (agama) Allah?
Karena kita membutuhkan pertolongan Allah.
Karena Allah yang meluaskan dan menyempitkan rezeki
Karena Allah yang mendatangkan rezeki.
Karena Allah yang mengetahui kemana rezeki harus dikirim.
Karena Allah yang mengetahui dimana kita berada dan apa yang kita butuhkan.

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ ثُمَّ رَزَقَكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ۖ هَلْ مِنْ شُرَكَائِكُمْ مَنْ يَفْعَلُ مِنْ ذَٰلِكُمْ مِنْ شَيْءٍ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ

Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Maha Sucilah Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan. (Qs.30:40)

Visi misi gerakan ekonomi NoRIBA adalah membangun kampung beriman, kampung NoRIBA. Inilah tugas yang diamanahkan kepada peserta NoRIBA ACADEMY yang selanjutnya siap menjadi Korwil NoRIBA.

http://alquransolusiriba.blogspot.co.id/2017/03/kampung-noriba.html?m=1

Dalam proses berjihad mewujudkan kampung NoRIBA, seorang korwil NoRIBA mendapatkan materi pembelajaran di NoRIBA ACADEMY.

http://alquransolusiriba.blogspot.co.id/2017/03/materi-benefit-noriba-academy.html?m=1

Mengapa harus menjadi Korwil NoRIBA?
Mengapa harus membangun kampung NoRIBA?
Supaya didatangi oleh rezeki yang berlimpah. Jadi mari kita jalani sebab-sebab didatangi rezeki.

Sebagai catatan yang perlu diingat, bahwa tulisan ini bukan untuk membuat kita berdiam diri menunggu datangnya rezeki, tetapi membuat kita sibuk berupaya menjalani sebab-sebab datangnya rezeki.

Allah tidak menyuruh kita sibuk memikirkan rezeki, karena Allah telah mengatur pembagian rezeki sesuai dengan takarannya (ukuran). Maka mari kita sibuk memperbesar takaran tersebut. Bagaimana kita bisa menampung air hujang sebanyak 10 liter jika kita menggunakan wadah berukuran 5 liter?

وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَٰكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ

Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat. (Qs.42:27)

Mari kita sibuk berupaya memperbesar ukuran wadah penampung limpahan rezeki dari Allah. NoRIBA ACADEMY adalah salah satu ikhtiar kita memperbesar takaran penampung limpahan rezeki. Terlibat dalam manajemen NoRIBA (menjadi korwil) adalah salah satu cara memperbesar kapasitas penerima rezeki.

Oleh karenanya Allah memerintahkan kita untuk fokus pada sebab-sebab datangnya rezeki. Jika binatang mengetahui sebab-sebab rezekinya sehingga binatang tdk perlu repot merantau atau ikut seminar bisnis sana-sini, maka kita manusia seharusnya lebih mengetahui sebab-sebab rezeki datang.

وَفِي السَّمَاءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ

Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu. (Qs.51:22)

Maka janganlah lagi kita bingung soal rezeki, bingunglah soal sebab-sebab datangnya rezeki. Sudahkah kita mengupayakan sebab-sebab datangnya rezeki? Salah satu sebab rezeki adalah sholat. Dalam materi NoRIBA ACADEMY kita membahas tentang sholat sebagai teori bisnis yang tidak akan merugi (Qs.35:29). Sholat berjamaah sebagai upaya mewujudkan kumpulan orang yang saling tolong-menolong.

Jadi jangan ribut lagi soal rezeki. Sudahkah sholat ditegakkan? Sudahkah sholat berjamaah ditegakkan?

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ

Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa. (Qs.20:132)

http://alquransolusiriba.blogspot.co.id/2017/03/hadirkan-sholat-sebagai-solusi.html?m=1

فَوَرَبِّ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ إِنَّهُ لَحَقٌّ مِثْلَ مَا أَنَّكُمْ تَنْطِقُونَ

Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan. (Qs.51:23)

Maka, mari kita berbuat fokus pada sebab-sebab datangnya rezeki;
1. Iman
2. Hijrah
3. Jihad
4. Saling tolong-menolong

Insya Allah aamiin.