_masih tentang sikap mental yang dibutuhkan untuk lepas riba_
*Harapan dan Rasa Takut Ketika Tinggalkan Riba*
Harapan dan rasa takut inilah yang mempengaruhi tindakan seseorang untuk meninggalkan riba. Tindakan didasari oleh tekad atau kekuatan kehendak. Besar atau kecilnya kekuatan kehendak ada pada harapan dan rasa takut. Di manakah harapan dan rasa takut ini berlabuh?
Tekad seseorang untuk meninggalkan riba akan menguat manakala ia mengetahui dengan pasti bahwa tindakannya itu berharga. Tekad ini terbangun oleh pengetahuan yang meyadarkannya dan terus mendorongnya untuk mewujudkan kekuatan kehendak tersebut. Pengetahuan ini juga yang membangun harapan dan rasa takutnya.
فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَىٰ
Orang-orang yang telah sampai kepadanya pelajaran dari Tuhannya, maka dia berhenti dari mengambil riba. (Qs.2:275)
Mauidzoh ini yang menguatkan kehendak karena harapan dan rasa takut terbangun dengan benar.
هَٰذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ
(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (Qs.3:138)
Mari kita bertanya: _harapan apa yang ada dibenak orang yang meninggalkan riba?_ jawaban tertingginya karena mengharap ridho Allah subhanahu wa ta'ala. Jawaban kebanyakan kita adalah harapan terkait dengan kesejahteraan hidup, baik hidup di dunia maupun hidup di akhirat kelak.
Harapan tersebut tampak pada kebutuhan jawaban: darimana mendapatkan modal tanpa riba? Di mana bisa mencicil pinjaman tanpa riba?
Harapan adalah saat perasaan muncul dari penilaian yang masuk akal mengenai kemungkinan diterima atau diraih. Harapan bukan antisipasi untuk mendapatkan sesuatu yang tak mungkin diraih. Itu hanya menipu diri. Harapan juga bukan angan-angan mengenai sesuatu yang tak mungkin diraih karena cara meraihnya tidak diketahui.
Bagi orang yang telah mendapatkan mauidzoh harapan bisa hidup tanpa riba adalah sesuatu yang menguatkan tekadnya meninggalkan riba. Dari mauidzoh tersebut ia mengetahui bagaimana cara mewujudkan harapan. Apa yang ia harapkan bukanlah angan-angan, bukan hiburan yang menipu diri, melainkan sebuah ikhtiar yang benar. Sesuatu yang benar pastilah mudah dijalani, oleh siapa saja yang menjalani. Dan sebaliknya, sesuatu yang salah pasti menghasilkan hubungan yang rumit, kacau, dan hasil akhirnya binasa.
قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ سُنَنٌ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (Qs.3:137)
Rasa takut akan kebinasaan ini yang mendampingi harapan. Meninggalkan riba karena takut binasa. Sudah banyak pengalaman orang lain yang menunjukkan demikian. Takutlah, jangan sampai terjadi pada diri sendiri. Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 276 menegaskan bahwa Allah memusnahkan riba.
Kita menaruh harapan, karena kita mengetahui cara mencapainya. Ditambah rasa takut, karena ada pengalaman yang membuktikan. Dan apa yang tidak benar jangan sampai terulang lagi. Hal ini membentuk sebuah tekad: *tobat riba*. Wujud tobatnya adalah perbaikan mental dan skill dalam bertransaksi ekonomi.
Harapan dan rasa takut inilah yang terkandung dalam makna *Takwa*. Makna lainnya adalah: menjaga. Oleh karenanya, Qs.2:278 meminta orang beriman untuk bertaqwa supaya dapat meninggalkan riba.
Takwa menguatkan kehendak meninggalkan riba sekaligus juga menjaga supaya tidak kembali lagi. Tentu operasional takwa itu harus kita pahami.
Berlanjut ya....
Semoga kita masih dapat terus berbagi....
Insya Allah aamiin.
* Yuk daftar gratis *NoRIBA ACADEMY* Program Rehabilitasi Mental & Skill Bisnis Ekonomi Berjamaah
WA 081807840405
** Ikut jualan *NORIBA TETES HERBAL (NTH)* untuk bantu korban bencana riba
WA 089695103518
*** Yuk bantu korban bencana riba dengan penyaluran dana ZISWAF (Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf) ke BRI Syariah 1004.0882.67 an. Baitul Maal Hidayatullah
👍 InsyaAllah Baitul Maal Hidayatullah (BMH) salah satu Lembaga terbaik di Indonesia..
#bolehSHARE
*Harapan dan Rasa Takut Ketika Tinggalkan Riba*
Harapan dan rasa takut inilah yang mempengaruhi tindakan seseorang untuk meninggalkan riba. Tindakan didasari oleh tekad atau kekuatan kehendak. Besar atau kecilnya kekuatan kehendak ada pada harapan dan rasa takut. Di manakah harapan dan rasa takut ini berlabuh?
Tekad seseorang untuk meninggalkan riba akan menguat manakala ia mengetahui dengan pasti bahwa tindakannya itu berharga. Tekad ini terbangun oleh pengetahuan yang meyadarkannya dan terus mendorongnya untuk mewujudkan kekuatan kehendak tersebut. Pengetahuan ini juga yang membangun harapan dan rasa takutnya.
فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَىٰ
Orang-orang yang telah sampai kepadanya pelajaran dari Tuhannya, maka dia berhenti dari mengambil riba. (Qs.2:275)
Mauidzoh ini yang menguatkan kehendak karena harapan dan rasa takut terbangun dengan benar.
هَٰذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ
(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (Qs.3:138)
Mari kita bertanya: _harapan apa yang ada dibenak orang yang meninggalkan riba?_ jawaban tertingginya karena mengharap ridho Allah subhanahu wa ta'ala. Jawaban kebanyakan kita adalah harapan terkait dengan kesejahteraan hidup, baik hidup di dunia maupun hidup di akhirat kelak.
Harapan tersebut tampak pada kebutuhan jawaban: darimana mendapatkan modal tanpa riba? Di mana bisa mencicil pinjaman tanpa riba?
Harapan adalah saat perasaan muncul dari penilaian yang masuk akal mengenai kemungkinan diterima atau diraih. Harapan bukan antisipasi untuk mendapatkan sesuatu yang tak mungkin diraih. Itu hanya menipu diri. Harapan juga bukan angan-angan mengenai sesuatu yang tak mungkin diraih karena cara meraihnya tidak diketahui.
Bagi orang yang telah mendapatkan mauidzoh harapan bisa hidup tanpa riba adalah sesuatu yang menguatkan tekadnya meninggalkan riba. Dari mauidzoh tersebut ia mengetahui bagaimana cara mewujudkan harapan. Apa yang ia harapkan bukanlah angan-angan, bukan hiburan yang menipu diri, melainkan sebuah ikhtiar yang benar. Sesuatu yang benar pastilah mudah dijalani, oleh siapa saja yang menjalani. Dan sebaliknya, sesuatu yang salah pasti menghasilkan hubungan yang rumit, kacau, dan hasil akhirnya binasa.
قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ سُنَنٌ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (Qs.3:137)
Rasa takut akan kebinasaan ini yang mendampingi harapan. Meninggalkan riba karena takut binasa. Sudah banyak pengalaman orang lain yang menunjukkan demikian. Takutlah, jangan sampai terjadi pada diri sendiri. Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 276 menegaskan bahwa Allah memusnahkan riba.
Kita menaruh harapan, karena kita mengetahui cara mencapainya. Ditambah rasa takut, karena ada pengalaman yang membuktikan. Dan apa yang tidak benar jangan sampai terulang lagi. Hal ini membentuk sebuah tekad: *tobat riba*. Wujud tobatnya adalah perbaikan mental dan skill dalam bertransaksi ekonomi.
Harapan dan rasa takut inilah yang terkandung dalam makna *Takwa*. Makna lainnya adalah: menjaga. Oleh karenanya, Qs.2:278 meminta orang beriman untuk bertaqwa supaya dapat meninggalkan riba.
Takwa menguatkan kehendak meninggalkan riba sekaligus juga menjaga supaya tidak kembali lagi. Tentu operasional takwa itu harus kita pahami.
Berlanjut ya....
Semoga kita masih dapat terus berbagi....
Insya Allah aamiin.
* Yuk daftar gratis *NoRIBA ACADEMY* Program Rehabilitasi Mental & Skill Bisnis Ekonomi Berjamaah
WA 081807840405
** Ikut jualan *NORIBA TETES HERBAL (NTH)* untuk bantu korban bencana riba
WA 089695103518
*** Yuk bantu korban bencana riba dengan penyaluran dana ZISWAF (Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf) ke BRI Syariah 1004.0882.67 an. Baitul Maal Hidayatullah
👍 InsyaAllah Baitul Maal Hidayatullah (BMH) salah satu Lembaga terbaik di Indonesia..
#bolehSHARE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar